Apa Yang Kau Cari
“Dua hal apabila dimiliki seorang, dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) ia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia ia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa ia masih diberi kelebihan.”
(HR at-Tirmidzi)
Sudah digunung, pantai kau rindukan
Tiba dipantai, gunung yang kau inginkan
Saat kemarau, kau tanya kapan hujan
Diberi hujan, kemarau kau tanyakan
Sudah tenang dirumah, ingin pergi
Begitu pergi, kau ingi kerumah kembali
Sudah dapat ketenangan, keramaian kau cari
Keramaian kautemukan, ketengan kau rindui
Apa sebenarnya yang kau cari?
Belum berkeluarga, mencari istri/suami
Sudah berkeluarga,mengeluh anak belum diberi
Dapat anak, mengeluh lagi kurang rezeki
Ternyata sesuatu tanpak indah karena belum kita miliki
Kapankah kebahagian akan didapatkan?
Kalau yang belum ada selau kita pikirikan
Sementara, yang sudah diberikan Allah kita abaikan
Bukankah telah banyak yang kaudapatkan?
Jadilah pribadi yang Selau Bersyukur
Karena kesyukuran akan membantu subur
Mungkinkan selembar daun bisa menutup bumi?
Sedang kau tidak bisa menutup telapak tangan sendiri
Tetapi, saat selembar daun kecil menempel dimata
Maka, bumi yang luas seperti tertutup semua
Begitu juga bila hatimu ditutup keburukan
Seolah olah tak ada kebaikan
Padahal, letaknya cuma hatimu yang ketutupan
Jangan tutup matamu dengan daun kecil
Jangan tutup hatimu dengan kotoran secuil
Syukuri nikmat allah, meski kelihatan mungil
Bila buruk hatimu, buruk pula akhlakmu
Bila tertutup hatumi, tertutuplah segala sesuatu
Syukurilah semua apa yang ada padamu
Dari situ engkau memuliakan dirimu
Belajarlah berterimakasih kepada Allah
Sebagai modal untuk memuliakan-Nya
Karena hidup adalah waktu yang dipinjamkan
Dan, harta adalah anugerah yang hanya sebagai titipan.
Hikmah
- Pertanyaan mendasar dalam diri kita adalah tentang apa yang kita cari dalam hidup ini, dan beragam jawaban muncul, ada yang mengatakan aku ingin bahagia, aku ingin hidup senang, aku ingin jadi orang kaya, aku ingin jadi orang terhormat, aku ingin jadi orang berpangkat, dan banyak lagi yang lain.
- Apakah hidup ini semata hanya mencari kehidupan dunia saja atau mencari kehidupan untuk dunia akhirat. Secara umum, kita kan menjawab kehidupan dunia harus dicari dan diusahakan, dan kehidupan akhirat pun harus dikejar. Namun, dalam kenyataan sering kita jumpai seorang mencari kehidupan dunia siang dan malam dengan usaha keras, dan terkadang sampai ia lupa melakukan kewajibannya kepada Tuhan yang telah menciptakannya, seperti saat masuk waktu shalat, ia tinggalkan shalat karena sibuk mencari kehidupan dunia. Kehidupan dunia harus diusahakan, tetapi kehidupan akhirat jangan dilupakan
- Manusia sungguh patut dikasihani, terkadang ia merasa seolah akan hidup selamanya maka ia kumpulkan harta sebanyak banyaknya, dan ia nikmati dengan sepuas puasnya. Padahal, semua itu hanya bersifat sementara karena ada kehidupan lain setelah mati diakhirat kelak.
Renungan Indah W.S. Rendra
“Membesarnya kenikmatan Allah bagi seseorang adalah bertambah banyaknya kebutuhan orang kepadanya (banyak yang dibutuhkan orang), Tetapi barang siapa enggan memenuhi kebutuhan – kebutuhan orang –orang itu maka ia telah membiarkan kenikmatan itu pergi”
(HR Baihaqi)
Sering kali aku berkata…
Ketika semua orang memuji milik-ku…
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, … mengapa aku tak pernah bertanya,
Mengapa Dia menitipkannya kepadaku?
Untuk apa Ia menitipkan ini kepadaku?
Dan, kalu bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa justru terasa berat ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah.
Kusebut itu sebagai ujian…
Kusebut itu sebagai petaka..
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita.
Ketika aku berdoa,
Kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku, aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil, lebih banyak popularitas, dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan, seolah semua “deria” adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih_Nya harus berjalan seperti matematika.
Aku rajin beribadah,
Maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku,
Dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
Dan bukan kasih,
Kuminta Dia membalas “Perlakuan baikku”,
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku.
Ya Allah…
Padahal, tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah. “ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja…”
Puisi terakhir Rendra yang dituliskannya di atas tempat tidur (RS)
Hikmah
- “Kalimat laa hawla wa laa quwwata illa billaah” adalah kalimat yang berisi penyerahan diri dalam segala urusan kepada Allalh Ta’ala. Hamba tidak bisa berbuat apa apa dan tidak bisa menolak sesuatu, juga tidak bisa memiliki sesuatu, selain kekuatan dari Allah swt.
- Ada ulama yang menafsirkan kalimat tersebut, “Tidak ada kuasa bagi hamba untuk meraih kebaikan, selain dengan kuasa Allah”
Cerita Si Uang
“Sesungguhnya Allah melindungi hamba-Nya yang Mukmin dari godaan dunia dan Allah juga menyayanginya sebagaimana kami melindungi orangmu yang sakit dan mencegahnya dari makanan serta minuman yang kamu takuti akan mengganggu kesehatannya”
(HR al-Hakim dan Ahmad)
Perkenalkan namaku Uang, aku punya banyak nama lain, ada yang memanggil aku Duit, Fulus, Money, dan sebagainya
Aku dicipta dari kertas dan logam yang diberi bentuk, kemudian digambar. Wajahku biasa saja, fisikku juga lemah, tetapi aku mampu merombak tatanan dunia.
Aku “bisa” mengubah prilaku, bahkan sifat manusia karena manusia mengidolakan aku
Banyak orang mengubah keperibadiannya, menghianati teman, menjual tubuh, bahkan meninggalkan keyakinan imannya demi aku.
Aku tidak mengerti perbedaan orang saleh dan bejat, tetapi manusia memakai aku sebagai patokan derajat, menentukan kaya miskin, terhormat, atau terhina.
Aku bukan iblis, tetapi sering orang melakukan kekejian demi aku.
Aku juga bukan orang ketiga, tetapi banyak suami istri pisah gara-gara aku, kakak dan adik beradu dan saling benci karena aku. Anak dan orang tua berselisih gara gara aku.
Sangat jelas juga aku bukan Tuhan, tetapi manusia menyembahku seperti manusia, bahkan kerap kali hamba-hamba Tuhan lebih menghormati aku, padahal Tuhan sudah pesan jangan jadi hamba uang.
Seharusnya aku melayani manusia, tetapi kenapa malah manusia mau jadi budakku? Aku tidak pernah mengorbankan diriku untuk siapapun, tetapi banyak orang rela mati demi aku.
Perlu aku ingatkan, aku hanya bisa menjadi alat bayar resep obat Anda, teapi tidak mampu memperpanjang hidup anda.
Kalau suatu hari anda dipanggil Tuhan, aku tidak akan bisa menemani anda apalagi menjadi penebus dosa – dosa anda. Anda harus menghadap sendiri kepada Sang Pencipta, lalu menerima penghakiman-Nya.
Saat itu Tuhan pasti akan hitung-hitungan dengan Anda, apakah selama hidup Anda MENGGUNAKAN aku dengan baik, atau sebaliknya MENJADIKAN aku sebagai TUHAN.
Ini informasi terakhirku; Aku Tidak Ada di Surga, jadi, jangan cari aku disana dan jangan pula menyalahkan aku, tetapi salahkanlah diri anda sendiri.
Hikmah
- “ kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu mengifaq-kan sebagian harta yang kamu cintai, apa saja yang kamu infaq-kan maka allah sungguh mengetahuinya.” (Ali’Imraan:92)
- Pada hakikatnya, sukses menurut islam adalah berhasil mengumpulkan skor pahala sebanyak-banyaknya dan menghindari perbuatan dosa sebanyak banyaknya sehingga akhirnya, di Hari akhirat berhak mendapat surga.
Bahagia Itu Pilihan
“Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sedekah”
(HR baihaqi)
Seorang pemuda berangkat kerja di pagi hari menaiki taksi dan tidak lupa menyapa sang sopir, “Selamat pagi, Pak!” ucapnya,
Pagi yang cerah, bukan?” sambungnya sambil tersenyum, lalu bersenandung kecil. Sang sopir tersenyum melihat kecerian penumpangnya. Ia melajukan taksinya dengan senang hati. Sesampainya di tempat tujuan, pemuda itu membayar dengan selembar uang 50.000 rupiah untuk argo yang hanya hampir 15 rupiah.
Kembalinya buat bapak saja. “katanya, “Selamat bekerja, Pak! Katanya lagi dengan penuh senyum. “Terimakasih,” Jawab sopir taksi penuh syukur.
“Wah, aku bisa sarapan dulu, nih,! Pikir sopir taksi itu yang kemudian menuju warung.
Sesampainya di warung, si Mbok penjaga warung bertanaya, “ Biasa Pak?”
Iya, biasa, nasi sayur, tapi pagi ini tambahkan sepotong ayam,” jawab sopir dengan tersenyum. Setelah selesai makan, sopir taksi tersebut membayarnya dan menambahkan uang Rp5.000 untuk si Mbok warung tersebut.
“Buat jajan anaknya Mbok” begitu katanya.
Dengan tambahan uang jajan 5 ribu, pagi itu anak si Mbok berangkat ke sekeolah dengan senyum lebih lebar, ia bisa membeli dua buah roti pagi ini dan diberikannya kepada temannya yang tidak punya bekal.
Begitulah cerita bisa berlanjut. Bergulir, seperti bola salju. Pak sopir bisa lebih bahagia hari itu. Bagitu juga keluarga si Mbok, teman si anak, keluarga mereka. Semua tertular kebahagian.
Kebahagian, seperti juga kesusahan, bisa menular pada siapa saja disekitar kita. Kebahagian adalah sebuah pilihan. Siapakah kita menularkan kebahagian hari ini? Bisa menerima itu adalah berkah, tetapi bisa memberi adalah anugerah. Semoga sisa hidup kita selalu bahagia dan membuat orang lain bahagia dengan keberadaan kita.
Hikmah
- Kebahagian yang sesungguhnya atau kebahagian yang hakiki terletak pada ketenangan hati seseorang
- Banyak orang yang berlimpah harta, tetapi kekayaan yang mereka miliki tidak dapat menjadikan hati mereka tenang. Akan teapi sebaliknya, justru harta kekayaan yang mereka kumpulkan buat lalai, lupa dan sibuk untuk senantiasa mengejar kekuarangan. Hal ini karena berapa pun harta benda dan kekayaan yang mereka miliki masih saja mereka anggap kurang.